Minggu, 27 September 2020
Hujan
Sabtu, 12 September 2020
Persimpangan Jalan
Persimpangan merupakan istilah yang sering kita dengan saat kita berada di jalan raya. Saat kita bertanya jalan ke seseorang, istilah persimpangan sering terucap untuk mengarahkan seseorang. Dalam kehidupan pilihan hidup lebih sering kita dengar dari pada persimpangan kehidupan. Saat kita memilih suatu jalan, artinya kita sudah memilih akan melaju kemana hidup kita.
Menenetukan pilihan merupakan hal yang sangat sulit, apalagi pilihan tersebut menyangkut diri kita. Akan kemana diri masa depan kita, baik buruknya kita ditentukan bagaimana memilih pilihan tersebut. Mungkin kita sering merasa, "kenapa ya hidup saya selalu begini", atau "kenapa kejadian ini menimpa saya" dan lain sebagaimanya. Tapi kita tidak pernah memeriksa ulang, sebelum kejadian tersebut piliha apa yang sudah kita ambil.
Saat ini saya sedang di persimpangan hidup untuk memilih kemana jalan hidup saya. Saya selalu merasa, sangat sulit saat saya memilih mana yang lebih baik. Saya selalu dihantui oleh "apakah pilihan ini benar", atau "apakah ini sudah yang terbaik". Saya berasalan, karena saya belum memiliki ilmu mengenai masalah ini, maka mau tidak mau saya harus belajar agar nantinya bisa memilih. Karena saya berprinsip, lebih baik saya berilmu terlebih dahulu, sehingga saya tau dampak pada setiap pilihan saya.
Kemudian saya terbentur, akan sampai kapan saya akan belajar untuk memilih? Kita semua tahu, bahwa pilihan hidup itu datang sangat cepat sekali, dan hanya pada momentum tertentu. Bertanya kepada orang yang sudah mengalami, mungkin bisa menjadi salah satu opsi untuk mencari dampak-dampak mengenai apa yang saya pilih.Akan tetapi saya merasa untuk menambah wawasan, untuk agar tidak selalu bergantung pada orang lain.
Ya saya tahu, setiap pribadi memiliki cara yang berbeda baik cara dan lama waktu untuk menentukan pilihan hidupnya. Sehingga saya selalu berharap, setiap pilihan yang kita ambil merupakan pilihan terbaik, tanpa ada penyesalan nantinya. Agar kita tidak terlalu lama berhenti di persimpangan jalan kehidupan.
Minggu, 06 September 2020
Berserah atau Menyerah
Berserah atau menyerah merupakan ungkapan yang cukup menarik bagi saya. Dikatakan berserah jika kita sudah berusaha maksimal, kemudian hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan ekspektasi yang kita inginkan. Kalo menyerah, mungkin usahanya belum maksimal untuk mengejar tujuan, kemudian merasa cukup dengan usahanya.
Sering kali dalam kehidupan kita, kita mencoba untuk mengerjakan sesuatu dengan maksimal, akan tetapi sering kita merasa bahwa usaha kita itu masih kurang untuk mengerjar tujuan tersebut, kemudian tanpa mengurangi usaha yang sudah kita lakukan, kita berserah pada takdir. Di poin ini, setiap manusia biasanya akan berserah pada Sang Pemilik Takdir, dengan merapal banyak doa, dan tiba-tiba menjadi rajin ibadah.
Bagi angkatan yang masih merasakan UN sebagai syarat kelulusan pernah melakukan kegaitan berserah. Saat kita sudah belajar dengan sangat giat, ikut les dan tambahan kelas untuk meyakinkan hati, bahwa kita bisa lulus dengan baik. Akan tetapi menjelang UN, ada yang dirasa kurang. Sogokan kita pada Pemilik Takdir masih kurang, maka kita menjadi sering ibadah. Kita juga menyebar broadcast permohonan maaf ke semua orang, tentu tidak lupa meminta doa dengan tujuan semakin besar sogokan kita pada Pemilik Takdir.
Prinsip berserah seperti ini, tidak satu atau dua kali kita lakukan. Saat kita akan sidang skripsi, mencari pekerjaan, atau bahkan mencari jodoh. Hal ini menurut saya tidak salah. Toh, tujuannya baik untuk diri sendiri. Tapi apakah setiap proses kehidupan akan melukan seperti ini? Saran saya, sebaiknya tidak. Karena hidup kita tidak melulu untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Disisi lain, semua orang pun pernah merasa menyerah. Saat usaha kita biasa-biasa saja dengan target dan tujuan luar biasa. Kita menyerah pada keadaan, bahwa kita tidak bisa mencapai tujuan tersebut. Menyerah tidak selalu dikatakan sebagai seseorang yang selalu kalah/ looser.
Saat kita akan menghadapi ujian yang dikatakan sangat sulit, kemudian kita sadar bahwa kita tidak berusaha untuk belajar, agar dapat menjawab soal, lantas kita menyerah dan menerima takdir bahwa nantinya nilai kita pasti tidak memuaskan. Kegiatan ini tidak satu atau dua kali kita lakukan dengan bersikap menyerah.
Berserah atau menyerah memiliki nilai yang berbeda jauh, saat kita berserah dibarengi usaha, dan saat kita menyerah tanpa dibarengi usaha. Nilai tersebut yang membedakan bagaimana hasilnya. Maka saat kita menyerah, maka tetaplah lakukan usaha sebaik mungkin agar bisa dikatakan berserah sehingga setidaknya usaha kita bisa membujuk Pemilik Takdir agar hasilnya bisa sesuai dengan yang kita inginkan. Lantas, kenapa tidak mencobanya.