Minggu, 06 September 2020

Berserah atau Menyerah

 Berserah atau menyerah merupakan ungkapan yang cukup menarik bagi saya. Dikatakan berserah jika kita sudah berusaha maksimal, kemudian hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan ekspektasi yang kita inginkan. Kalo menyerah, mungkin usahanya belum maksimal untuk mengejar tujuan, kemudian merasa cukup dengan usahanya. 

Sering kali dalam kehidupan kita, kita mencoba untuk  mengerjakan sesuatu dengan maksimal, akan tetapi sering kita merasa bahwa usaha kita itu masih kurang untuk mengerjar tujuan tersebut, kemudian tanpa mengurangi usaha yang sudah kita lakukan, kita berserah pada takdir. Di poin ini, setiap manusia biasanya akan berserah pada Sang Pemilik Takdir, dengan merapal banyak doa, dan tiba-tiba menjadi rajin ibadah. 

Bagi angkatan yang masih merasakan UN sebagai syarat kelulusan pernah melakukan kegaitan berserah. Saat kita sudah belajar dengan sangat giat, ikut les dan tambahan kelas untuk meyakinkan hati, bahwa kita bisa lulus dengan baik. Akan tetapi menjelang UN, ada yang dirasa kurang. Sogokan kita pada Pemilik Takdir masih kurang, maka kita menjadi sering ibadah. Kita juga menyebar broadcast permohonan maaf ke semua orang, tentu tidak lupa meminta doa dengan tujuan semakin besar sogokan kita pada Pemilik Takdir.

Prinsip berserah seperti ini, tidak satu atau dua kali kita lakukan. Saat kita akan sidang skripsi, mencari pekerjaan, atau bahkan mencari jodoh. Hal ini menurut saya tidak salah. Toh, tujuannya baik untuk diri sendiri. Tapi apakah setiap proses kehidupan akan melukan seperti ini? Saran saya, sebaiknya tidak. Karena hidup kita tidak melulu untuk mencapai apa yang kita inginkan. 

Disisi lain, semua orang pun pernah merasa menyerah. Saat usaha kita biasa-biasa saja dengan target dan tujuan luar biasa. Kita menyerah pada keadaan, bahwa kita tidak bisa mencapai tujuan tersebut. Menyerah tidak selalu dikatakan sebagai seseorang yang selalu kalah/ looser. 

Saat kita akan menghadapi ujian yang dikatakan sangat sulit, kemudian kita sadar bahwa kita tidak berusaha untuk belajar, agar dapat menjawab soal, lantas kita menyerah dan menerima takdir bahwa nantinya nilai kita pasti tidak memuaskan. Kegiatan ini tidak satu atau dua kali kita lakukan dengan bersikap menyerah. 

Berserah atau menyerah memiliki nilai yang berbeda jauh, saat kita berserah dibarengi usaha, dan saat kita menyerah tanpa dibarengi usaha. Nilai tersebut yang membedakan bagaimana hasilnya. Maka saat kita menyerah, maka tetaplah lakukan usaha sebaik mungkin agar bisa dikatakan berserah sehingga setidaknya usaha kita bisa membujuk Pemilik Takdir agar hasilnya bisa sesuai dengan yang kita inginkan. Lantas, kenapa tidak mencobanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar