Minggu, 08 November 2020
Simbol Komunikasi
Sabtu, 24 Oktober 2020
Membiasakan Menulis
Minggu, 27 September 2020
Hujan
Sabtu, 12 September 2020
Persimpangan Jalan
Persimpangan merupakan istilah yang sering kita dengan saat kita berada di jalan raya. Saat kita bertanya jalan ke seseorang, istilah persimpangan sering terucap untuk mengarahkan seseorang. Dalam kehidupan pilihan hidup lebih sering kita dengar dari pada persimpangan kehidupan. Saat kita memilih suatu jalan, artinya kita sudah memilih akan melaju kemana hidup kita.
Menenetukan pilihan merupakan hal yang sangat sulit, apalagi pilihan tersebut menyangkut diri kita. Akan kemana diri masa depan kita, baik buruknya kita ditentukan bagaimana memilih pilihan tersebut. Mungkin kita sering merasa, "kenapa ya hidup saya selalu begini", atau "kenapa kejadian ini menimpa saya" dan lain sebagaimanya. Tapi kita tidak pernah memeriksa ulang, sebelum kejadian tersebut piliha apa yang sudah kita ambil.
Saat ini saya sedang di persimpangan hidup untuk memilih kemana jalan hidup saya. Saya selalu merasa, sangat sulit saat saya memilih mana yang lebih baik. Saya selalu dihantui oleh "apakah pilihan ini benar", atau "apakah ini sudah yang terbaik". Saya berasalan, karena saya belum memiliki ilmu mengenai masalah ini, maka mau tidak mau saya harus belajar agar nantinya bisa memilih. Karena saya berprinsip, lebih baik saya berilmu terlebih dahulu, sehingga saya tau dampak pada setiap pilihan saya.
Kemudian saya terbentur, akan sampai kapan saya akan belajar untuk memilih? Kita semua tahu, bahwa pilihan hidup itu datang sangat cepat sekali, dan hanya pada momentum tertentu. Bertanya kepada orang yang sudah mengalami, mungkin bisa menjadi salah satu opsi untuk mencari dampak-dampak mengenai apa yang saya pilih.Akan tetapi saya merasa untuk menambah wawasan, untuk agar tidak selalu bergantung pada orang lain.
Ya saya tahu, setiap pribadi memiliki cara yang berbeda baik cara dan lama waktu untuk menentukan pilihan hidupnya. Sehingga saya selalu berharap, setiap pilihan yang kita ambil merupakan pilihan terbaik, tanpa ada penyesalan nantinya. Agar kita tidak terlalu lama berhenti di persimpangan jalan kehidupan.
Minggu, 06 September 2020
Berserah atau Menyerah
Berserah atau menyerah merupakan ungkapan yang cukup menarik bagi saya. Dikatakan berserah jika kita sudah berusaha maksimal, kemudian hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan ekspektasi yang kita inginkan. Kalo menyerah, mungkin usahanya belum maksimal untuk mengejar tujuan, kemudian merasa cukup dengan usahanya.
Sering kali dalam kehidupan kita, kita mencoba untuk mengerjakan sesuatu dengan maksimal, akan tetapi sering kita merasa bahwa usaha kita itu masih kurang untuk mengerjar tujuan tersebut, kemudian tanpa mengurangi usaha yang sudah kita lakukan, kita berserah pada takdir. Di poin ini, setiap manusia biasanya akan berserah pada Sang Pemilik Takdir, dengan merapal banyak doa, dan tiba-tiba menjadi rajin ibadah.
Bagi angkatan yang masih merasakan UN sebagai syarat kelulusan pernah melakukan kegaitan berserah. Saat kita sudah belajar dengan sangat giat, ikut les dan tambahan kelas untuk meyakinkan hati, bahwa kita bisa lulus dengan baik. Akan tetapi menjelang UN, ada yang dirasa kurang. Sogokan kita pada Pemilik Takdir masih kurang, maka kita menjadi sering ibadah. Kita juga menyebar broadcast permohonan maaf ke semua orang, tentu tidak lupa meminta doa dengan tujuan semakin besar sogokan kita pada Pemilik Takdir.
Prinsip berserah seperti ini, tidak satu atau dua kali kita lakukan. Saat kita akan sidang skripsi, mencari pekerjaan, atau bahkan mencari jodoh. Hal ini menurut saya tidak salah. Toh, tujuannya baik untuk diri sendiri. Tapi apakah setiap proses kehidupan akan melukan seperti ini? Saran saya, sebaiknya tidak. Karena hidup kita tidak melulu untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Disisi lain, semua orang pun pernah merasa menyerah. Saat usaha kita biasa-biasa saja dengan target dan tujuan luar biasa. Kita menyerah pada keadaan, bahwa kita tidak bisa mencapai tujuan tersebut. Menyerah tidak selalu dikatakan sebagai seseorang yang selalu kalah/ looser.
Saat kita akan menghadapi ujian yang dikatakan sangat sulit, kemudian kita sadar bahwa kita tidak berusaha untuk belajar, agar dapat menjawab soal, lantas kita menyerah dan menerima takdir bahwa nantinya nilai kita pasti tidak memuaskan. Kegiatan ini tidak satu atau dua kali kita lakukan dengan bersikap menyerah.
Berserah atau menyerah memiliki nilai yang berbeda jauh, saat kita berserah dibarengi usaha, dan saat kita menyerah tanpa dibarengi usaha. Nilai tersebut yang membedakan bagaimana hasilnya. Maka saat kita menyerah, maka tetaplah lakukan usaha sebaik mungkin agar bisa dikatakan berserah sehingga setidaknya usaha kita bisa membujuk Pemilik Takdir agar hasilnya bisa sesuai dengan yang kita inginkan. Lantas, kenapa tidak mencobanya.
Minggu, 30 Agustus 2020
Pertemanan dan Silaturahmi
Jumat, 21 Agustus 2020
Cinta, Kenapa Tidak
Pembahasan cinta merupakan pembahasan yang cukup sulit bagi saya. Sulit karena saya pun tidak bisa memaknai apa itu cinta. Menurut banyak orang cinta itu adalah sakit, derita dan pengorbanan. Tapi sebagian yang lain menjelaskan cinta sebagai bentuk rasa kasih, bahagia, candu, dan kasih.
Saya tidak bisa memaknai cinta, karena menurut saya cinta itu tidak bisa diukur. Sejauh yang saya tahu, tidak Love Meter di dunia. Sehingga sulit bagi saya memaknainya. Cinta orang tua kepada anak mungkin bisa dikategorikan cinta. Tapi menurut saya, itu sebuah hal yang wajar, atau setidaknya kewajiban orang tua pada anaknya. Semoga saya kredibel membacarakan ini, walaupun saya tidak bisa memahami apa itu cinta.
Tidak hanya satu orang yang menyatakan cinta itu adalah rasa sakit. Perasaan sakit itu timbul biasanya saat sudah dikhianati cinta. Banyak juga orang merasa cinta itu derita, derita atas setiap pengobanan yang diberikan atas nama definisi cinta. Diantara kita mungkin merasa cinta itu jahat karena sudah terlalu sering dikhianati. Coba tengok drama-drama saat ini, pesan seperti ini cuku tergambar dalam beberapa cerita, walaupun tidak banyak yang drama yang mencerikan hal seperti ini. Uniknya, bagi sebagian orang, rasa sakit dari cinta itu candu alias nagih dan ingin kembali merasakannya.
Bagi sebagian yang lain, cinta itu rasa kasih, dan bahagia. Banyak kebahagiaan yang diberikan cinta, menjadikan hidup penuh warna dan semangat. Kisah klasik cinta sering tergambarkan seperti ini, tidak terjal, bisa dicapai, membahagiakan. Film-film saat ini sangat sering mengambarkannya seperti uraian diatas. Bagi yang belum merasa terkhianati, atau mungkin sudah terkhianati tapi selalu merasa optimis dengan cinta akan selalu marasa cinta itu baik dan tidak bermata dua.
Kembali, pemaknaan itu berbeda bagi setiap orang. Bagi saya demikian, bagi kalian belum tentu sama. Banyak kisah mengenai pemaknaan cinta, Nabi Muhammad dan istrinya, Romeo Julit, bahkan orang tua kita. Lantas dengan segala konsekuensinya, apakah kita perlu takut dan khawatir? Atau merasa bahagia? Pilihlah jalan kita sendiri untuk bisa mendifinisikan cinta itu sendiri. Cinta, kenapa tidak...
Minggu, 16 Agustus 2020
Antara Cita-cita dan Realita
Teringat cita-cita pendiri bangsa "Indonesia Menjadi Macan Asia", lantas sudahkah menjadi Macan Asia? Jika belum, kapan Indonesia menjadi Macan Asia? Saya pun ngga tau kapan. Salah satu media pernah mengatakan, tahun 2024 Indonesia memiliki kekuatan ekonomi nomer 4 di Asia. Apakah prediksi itu bisa benar-benar terjadi? Mari kita doakan, semoga usaha Indonesia mencapai cita-cita tersebut lebih baik lagi.
Ya, itulah cita-cita bisa setinggi apapun, dan semimpi apapun. Banyak orang yang berkata, cita-cita harus terukur. Saya pribadi tidak setuju dengan kalimat tersebut. Terasa kurang. Silahkan bercita-cita setinggi apapun, sebaik apapun, setidak jelas apapun. Tidak ada yang salah dengan cita-cita kok. Tapi ada tapinya.
Usahalah yang menentukan cita-cita itu berhasil. Usaha merupakan realita aktifitas untuk mengaktualisasikan mimpi. Usaha yang mengakibatkan banyak orang berpikir untuk merubah cita-citanya. Merasa tidak sanggup untuk mencapai cita-citanya kemudian menyerah.
Bolehkan menyerah? Boleh saja, tapi seberapa kuat kita mempertahankan cita-cita tersebut. Semakin sering berubah, semakin tidak niat dengan cita-citanya. Dititik inilah ujian kita, sekuat apa usaha kita untuk mempertahankan cita-cita.
Banyak orang sukses yang berani mempertahakan cita-citanya dengan mengorbankan banyak hal. Uncle Stive mempertahakan Apple dengan cita-citanya. Bisa dilihat di salah satu film dokumenternya. Tapi saat ini, tidak ada yang bisa mengalahkan Apple, walaupun Microsoft sudah berusaha. Mungkin Uncle Stive sulit bahkan sangat sulit. Jika sulit, mungkin kita bisa mencontoh orang tua kita. Cita-cita orang tua pasti ingin anaknya lebih baik dari orang tua. Simple, tapi sulit dilakukan. Banyak pengorbanan orang tua untuk mereliasikan cita-cita itu.
Oleh karena itu, usaha kita harus sebaik mungkin, sekeras mungkin, sekuat mungkin. Cita-cita, realitas dapat saling berkesinambungan dengan usaha kita. Semakin besar cita-cita, maka semakin besar usahanya untuk mencapai realitas yang ada. Sulit tapi itulah tantangannya.